Manajemen Masalah dan Manajemen Konfigurasi

    “Manajemen Masalah & Manajemen Konfigurasi”

Manajemen masalah adalah menginvestigasi penyebab dari insiden-insiden dan bertujuan untuk mencegah 

insiden yang serupa untuk timbul kembali. Dengan menghilangkan kesalahan-kesalahan (error), dimana sering 

membutuhkan perubahan struktural dari infrastruktur TI (teknologi informasi) pada suatu organisasi, jumlah 

dari insiden dapat dikurangi dengan berjalannya waktu. Manajemen masalah merupakan salah satu proses 

untuk pengelolaan infrastruktur TI (Teknolgi Informasi) yang dipandang cukup penting pada organisasi. 

Kerangka kerja manajemen yang digunakan untuk menganalisa proses ini adalah COBIT. Pada dokumen resmi 

dari COBIT disediakan pedoman implementasi berikut daftar pengukuran kinerja, faktor kritis, indikator 

ketercapaian kinerja dan tingkat kematangan. Semua alat dirancang untuk mendukung keberhasilan 

implementasi proses-proses TI. Analisa yang dilakukan adalah menentukan proses-proses yang dianggap 

penting, dan mengukur tingkat kematangannya. Studi kasus yang menjadi tempat penelitian adalah salah satu 

perguruan tinggi di Bandung. Tujuannya adalah mencoba memberikan rekomendasi tatakelola TI pada pihak 

manajemen dan staf operasional terutama pada proses manajemen masalah. Adapun rekomendasi yang 

diberikan berdasarkan enam atribut yang utama yaitu Awareness and Communication (AC) ,Policies 

Procedures and Standard (PSP), Tools and Automation(TA), Skill and Expertise (SE), Responsibilities and 

Accountabilities (RA), Goal Setting and Measurement (GSM). Rekomendasi ini diberikan dengan mengacu pada 

ketentuan di COBIT dan ITIL.

1. Manajemen masalah 

Menurut definisi ITIL manajemen masalah adalah menginvestigasi penyebab dari insideninsiden dan bertujuan untuk mencegah insiden yang 

serupa untuk timbul kembali. Dengan menghilangkan kesalahan-kesalahan (error), dimana sering membutuhkan perubahan struktural dari 

infrastruktur TI (teknologi informasi) pada suatu organisasi, jumlah dari insiden dapat dikurangi dengan berjalannya waktu. Berdasarkan literatur IT 

System Management dari Rich Reisser manajemen masalah adalah suatu proses untuk mengidentifikasi masalah, mencatat, masalah, menganalisa dan melacak masalah , mencari solusi.

Peluang terjadinya permasalahan di dalam penerapan TI harus dapat dicegah dan diatasi dengan baik, mengingat dapat mempengaruhi kinerja 

layanan TI dan pada akhirnya dapat berdampak buruk terhadap bisnis. Pengelolaan masalah TI pada dasarnya dapat melibatkan berbagai unsur baik yang ada di lingkungan internal maupun eksternal. Agar 

pengelolaan permasalahan yang efektif, maka diperlukan prosedur-prosedur khusus yang disusun berdasarkan prinsip-prinsip tata kelola TI yang baik.Sasaran pengelolaan permasalahan adalah meyakinkan kepuasan pengguna akhir melalui 

penawaran layanan dan tingkat layanan yang untuk memenuhi kebutuhan bisnis teknologi informasi. Pedoman manajemen masalah dalam Kerangka kerja COBIT adalah berisi prosedur yang harus 

diimplementasi disertai alat bantu sebagai berikut: 

- Elemen pengukuran kinerja (pengukuran hasil dan kinerja yang diperlukan dari semua proses TI)

- Daftar faktor keberhasilan kritis (CSF) yang menyediakan pedoman praktis, tidak bersifat teknis, untuk setiap proses TI.

- Model maturity untuk membantu dalam membandingkan dan pengambilan keputusan peningkatan kapabilitas TI.

Model maturity dari COBIT dibagi menjadi enam atribut yaitu PSP, TA, SE, RA, GSM, dan tingkat kematangan dibagi menjadi 5 tingkat , yaitu 

tingkat pertama adalah initial/adhoc, 

tingkat kedua adalah Repeatable but Intuitive.

Tingkat ketiga adalah Defined, 

tingkat keempat adalah Managed, dan 

tingkat tertinggi adalah optimised. 

Pedoman manajemen masalah menurut ITIL berisi komponen berikut:

- Manajemen masalah. 

- Ruang lingkup manajemen masalah. 

- Konsep-konsep dasar .

- Manfaat-manfaat dari manajemen masalah.

- Perencanaan dan implementasi. 

- Aktivitas kendali masalah .

- Aktivitas kendali kesalahan(error).

- Manajemen masalah secara proaktif.

- Pemberian informasi untuk mendukungan organisasi 

- Metrik-metrik 

- Peran-peran yang diperlukan dalam manajemen masalah

ITIL adalah kerangkat kerja manajemen untuk para staf yang bertanggung jawab dalam pengelolaan infrastuktur, COBIT adalah kerangka kerja 

manajemen untuk para manajer. Dari COBIT diformulasikan suatu kebijakan, dan penerjemahan dari kebijakan adalah berbagi standard TI dan SOP yang berdasarkan ITIL.

Manajemen Konfigurasi Software

Apa itu Manajemen konfigurasi perangkat lunak? Ketika kita membuat perangkat lunak komputer, pasti ada perubahan. Dan karena itu pasti terjadi, kita perlu mengelolanya secara efektif. Manajemen konfigurasi perangkat lunak (SCM), sering disebut juga manajemen perubahan (change management), adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk mengelola perubahan dengan mengidentifikasi produk/hasil kerja yang kemungkinan besar akan mengalami perubahan, membuat hubungan di antara mereka, menentukan mekanisme untuk mengelola berbagai versi produk kerja tersebut, mengendalikan perubahan yang terjadi, dan mengaudit dan melaporkan perubahan yang dilakukan.

Siapa yang melakukannya? Setiap orang yang terlibat dalam proses pembuatan perangkat lunak terlibat dengan manajemen perubahan ini sampai batas-batas tertentu, tetapi posisi yang bersifat spesialist terkadang dibuat untuk mengelola proses SCM ini.

Mengapa hal ini penting? Jika kita tidak mengendalikan perubahan, mkan perubahan yang akan mengendalikan kita. Dan itu bukan hal yang baik. Perubahan yang tidak terkendali akan sangat mudah membuat menjadikan project sotfware kita menjadi kacau. Akibatnya, kualitas perangkat lunak menjadi buruk dan proses delivery menjadi tertunda. Karena itu, manajemen perubahan (change management) adalah bagian penting dari manajemen mutu.

Apa saja langkah-langkahnya? Karena banyak produk kerja yang dihasilkan ketika perangkat lunak dibuat, maka masing-masing produk/hasil harus diidentifikasi. Setelah itu, mekanisme untuk versi dan kontrol pada perubahan bisa dibuat. Untuk memastikan bahwa kualitas tetap terjaga ketika perubahan dilakukan, maka proses (perubahan) tersebut harus diaudit; dan untuk memastikan bahwa bagi mereka yang perlu tahu harus diberi tahu informasi tentang perubahan tersebut , maka harus dilakukan pelaporan.

Apa produk kerjanya? Rencana dalam Manajemen Konfigurasi Perangkat Lunak menentukan strategi dalam manajemen perubahan. Selain itu, ketika SCM formal dijalankan, proses kontrol terhadap perubahan menghasilkan request perubahan, laporan dan urutan proses engineering.

Bagaimana kita memastikan bahwa kita telah melakukannya dengan benar? Ketika masing-masing produk kerja bisa dimonitor, dilacak, dan dikendalikan; ketika setiap perubahan dapat dilacak dan dianalisis; ketika semua orang yang perlu tahu tentang perubahan telah diinformasikan – kita telah melakukannya dengan benar.

Beberapa elemen dari Manajemen Konfigurasi Software (SCM)Software Configuration Management.

Component elements, sekumpulan dari tool yang dipasarkan dengan manajemen sistem data (seperti database) yang memungkinkan akses ke data tersebut dan melakukan pengaturan terhadap setiap item konfigurasi software.

Prosess elements, merupakan kumpulan dari prosedur dan tugas yang mendefinisikan pendekatan yang efektif untuk melakukan manajemen perubahan melibatkan semua yang terlibat dalam manajemen.

Construction elements, kumpulan dari tool-tool yang mengautomasi pembuatan software dengan memastikan validasi komponen yang layak (misalnya, versi yang benar).

Human elements, untuk mengimplementasikan SCM yang efektif, tim software harus menggunakan sekumpulan feature tool dan proses.

Elemen-elemen tersebut tidak saling eksklusif. Sebagai contoh, component elements bekerja bersamaan dengan construction elemens ketika proses perangkat lunak berjalan. Process elements memandu banyak aktivitas manusia yang terkait dengan SCM dan karenanya dapat dianggap sebagai human elements juga.

SCM Repository

SCM (Software Configuration Management) repository adalah sekumpulan mekanisme dan struktur data yang mengijinkan tim software untuk mengatur perubahan dalam cara yang effective. SCM repositoty menjalankan fungsi-fungsi berikut:

Integritas data (data integrity)

Berbagi inforasi (information sharing)

Intergrasi tool (tool integration)

Integrasi data (data integration)

Penegakan methodologi (methodology enforcement)

Standardisasi dokumen (document standardization)

Repository feature merupakan fitur-fitur yang dapat digunakan untuk melakukan fungsi dari pengaturan konfigurasi software. Berikut adalah beberapa feature dari SCM repository:

Versioning : Pada feature versioning, dilakukan penyimpanan semua versi software untuk memungkinkan pengaturan secara efektif untuk produk yang akan direlease dan untuk mengijinkan developer untuk kembali ke versi sebelumnya.

Dependency tracking and change management : Repository mengatur hubungan yang sangat beragam antar data elemet yang disimpan di dalamnya.

Requirement tracing : Menyediakan kemampuan untuk melakukan pelacakan semua perancangan dan konstruksi komponen yang dihasilkan dari proses spesifikasi requirement.

Configuration management : Menjaga track dari sekumpulan konfigurasi yang merepresentasikan milestone dari proyek tertentu

Audit trails : Menetapkan informasi tambahan mengenai kapan, bagaimana dan oleh siapa perubahan dibuat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Manajemen Perubahan Dan Manajemen Peningatan Layanan Berkelanjutan

RESUME AUDIT TEKNLOGI SISTEM INFORMASI.T1